Selasa, 26 April 2011

BERHARAPLAH SELAGI BISA

(Sebuah Renungan Dari Kajian Ba'da Zuhur)


Sebagai manusia kita sering berharap, entah untuk urusan kita atau untuk urusan orang lain. Berharap sebagai muslim hukumnya adalah wajib, tentunya berharap kepada Rabb, Tuhan yakni Alloh Azza Wajalla, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. (QS:94:8 “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”)


Berharap, kepada Alloh akan menjadikan kita tak pernah kehabisan solusi, tak pernah kehilangan akal, takkan pernah putus asa dan tak akan menjumpai kebuntuan. Karena Alloh satu-satunya tempat paling hebat untuk berharap. Ketika kita kehabisan solusi, ketika logika kita tak lagi masuk, dan ketika kita hampir putus asa kemudian kita berharap kepada selain Alloh maka jawabannya pasti nihil dan kita akan kecewa. Sebaliknya ketika kita menghadapi kebuntuan sedemikian tadi dan kita berharap pada Alloh, berharap dengan sepenuhnya maka sesuatu yang menurut kepala kita tidak mungkin, menurut manusia tidak masuk akal, bagi Alloh sesuatu itu mudah, kebuntuan itu terpecahkan dan solusi membentang tak habis-habis, Subhanalloh.


Kita mungkin pernah mengalami pengalaman religius ketika berharap pada Alloh atau berharap pada selain Alloh. Mungkin kita pernah menyaksikan di lingkungan kita atau mengalami sendiri, ketika seseorang divonis dokter hanya akan berumur 4 bulan lagi karena penyakitnya yang sudah akut, ternyata kemudian masih dapat berumur panjang dan sehat. Atau satu, ketika kesulitan ekonomi mendera, kontrakan habis, spp anak belum terbayarkan, cicilan sudah menuggu, kemudian kita berharap “besok kalo sudah gajian”. Tetapi apa yang terjadi keesokannya kita gajian, tetapi tiba2 anak demam dan harus dibawa kedokter, atau ditelpon orang tua dikampung sakit, uang gaji yang menjadi “satu-satunya harapan” ludes terpakai. Keduanya adalah contoh harapan.


Saya sendiri pernah mengalami, ketika satu ketika berencana membantu orang tua membayar ongkos naik haji, dalam hati berkata “kecil uang segitu” dan saya mengharapkan dari tabungan saya lebih dari cukup untuk membayar uang muka (kursi). Tetapi tak lebih dalam hitungan hari, tiba-tiba ada orang yang meminjam karena istrinya operasi. Dan temen tiba-tiba menagih pembayaran tanah sesegara mungkin hingga akhirnya semua tabungan habis bahkan untuk membayar tukang yang memasang pompa air saja kami harus meminjam pada sepupu. Akhirnya saya menyadari ketakaburan saya, saya bertaubat atasnya dan meminta, berharap Alloh memberi solusi. Masya Alloh, sungguh Alloh sayang pada umatnya. Dia mendengar doa entah dari mana saya lupa uang itu akhirnya terkumpul dan saya mampu membantu orang tua untuk membayar sebagian ONHnya. Pelajaran luar biasa untuk saya dan istri bahwa jangan pernah berharap selain padanya, dan jangan pernah takabbur atas nikmat Alloh.


Ketika kita berharap pada makhluk maka pasti kita akan kecewa. Misal, ketika kita berharap pada istri kita, pada atasan kita, pada teman kita maka siap-siap kita akan dikecewakan mereka. Maka berharaplah pada Alloh Dia tidak akan mengecewakan kita.


Bagaimana caranya?

Orang yang berharap harus orang yang percaya kepada sesuatu itu yang diharapkan. Orang yang berharap harus kenal baik dengan yang diharapkan. Bagaimana kita bisa membayangkan ibu kita akan menemani, membelai kita ketika kita sedang sakit jika kita tak pernah mengenal beliau, tak pernah mengenal kasih sayang beliau. Begitupun ketika kita berharap pada Alloh, kita harus percaya dan tahu pada Alloh. Kepercayaan dan pengetahuan yang bersemayam pada hati, bukan saja pada pikiran dan ucapan kita. Ketika hati kita percaya dan tahu akan “kemampuan” Alloh, maka kita akan mudah mempercayakan semua urusan kita pada Alloh, dan berharap pada Alloh dengan tulus dan total. Contoh lainnya, Kita tak pernah mungkin mempercayakan anak kita dididik oleh guru les yang kita tidak tahu kemampuannya.

Untuk mengetahui Alloh (ma'rifatulloh) kita harus terus meningkatkan ibadah, berzikir dan mendatangi majelis Ilmu/Alquran dan upaya lain yang disyariatkan Rosululloh.


Tingkatan mengharap Alloh,

Pertama, berharap akan kejayaan dienulloh Al-Islam, dengan menyebarkan rahmatan lil’alamien, berdakwah dan berbuat baik sesuai dengan kemampuan kita. Berharap yang kedua adalah berharap perbaikan agama pada diri kita masing-masing, kata harus meminta dan berharap pada Alloh agar terus mampu beribadah, sholat, sujud dan berbuat baik dan meningkatkan iman. Sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi ketika Beliau :

اللهم أعني على ذكرك وشكرك، وحسن عبادتك

“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’" Artinya: " Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu" (HR. An Nasa’i [1303] dan Ahmad [21614] Sahih Sunan Abu Dawud. )

Tingkatan mengharap yang ketiga adalah mengharap pada Alloh atas kehidupan dan urusan dunia kita. Jangan pernah menyerahkan urusan dunia kita dan berharap pada selain Alloh. Kita kadang disesatkan bahwa seolah-olah Alloh tidak tahu urusan dunia kita. Oleh karenanya dalam hal apapun ketika kita mengalami kesulitan dalam permasalah dunia (utang-piutang, pelajaran, soal-soal yang pelik) maka mengadulah pada Alloh berharaplah dari-Nya solusi, Insya Alloh semua yang sebelumnya buntu akan terang benderang, solusi membentang dan asa yang luas kita temukan.

Mengharap yang keempat, adalah harapannya orang yang banyak dosa pada lezatnya surge Alloh. Ini tidak terlarang, karena dengan mengharap akan surganya diiringi dengan taubatan nasuha, sebanyak apapun dosa kita, niscaya Alloh akan mengampuni. Wallohua’lam.