Kamis, 23 Agustus 2012

Lebaran Kali Ini Tanpamu, Ibu


Hari ini (17 Agustus 2012) rasanya cepat sekali waktu berputar, sepulang ngajak anak-anak nonton film, mulai jam 3 sore, istriku sibuk packing dan beres-beres rumah untuk ditinggal pulang kampung besok. Aku tertidur karena rasanya lelah setelah sesiang main dengan anak-anak.
Sore ini rencananya, setelah selesai packing kita akan meluncur ke rumah mertua dan buka bareng disana, habis sholat traweh baru akan meluncur ke kampung. Tapi sepertinya rencana itu sulit di raih. Hingga sore menjelang magrib, di dinding jam menunjuk angka enam kurang seperempat, aksi beres-beres belum kelar, apesnya tak ada makanan yang disiapkan karena memang dari awal kita merencanakan untuk buka bareng.
Beruntung ada mie instan, dan dengan secepat kilat aku rebus bersama telor untuk sajian buka sore ini,,, Subhanalloh tetep saja buka kali ini nikmat sekali.
-----------------
Gak tau kenapa, untuk rencana pulang kampung lebaran taun ini aku dari awal gak begitu semangat, rasanya datar-datar aja. Aku gak terburu-buru untuk segera pulkam meski libur telah dimulai dari tanggal 17. Makanya aku putuskan untuk pulang H-1, dengan alasan mudah2an sudah tidak terlalu macet.
Tahun ini pertama aku lebaran tanpa Ibu, biasanya aku suka telp dia, kalo lebaran menjelang, sekedar tanya ingin dibawain apa. Meski jawabannya selalu sama “gak usah bawa apa-apa yang penting kamu dan keluarga sehat bisa pulang”  tapi aku selalu senang, aku biasanya bawain kue-kue kering untuknya dan untuk dibagi sanak keluarga disana, dia sendiri yang mengatur, “untuk si ini si anu” dia yang membungkusi dan bahkan membagikan.
Sejak sakit 2008 aku tak pernah tawari dia baju baru atau pakaian, takut beliau tersinggung, karena memang tubuhnya menjadi kurus dan susah untuk mencari baju yang pas. Karenanya aku hanya bisa tawari dia makanan, yang beliau suka dan boleh oleh dokter.
Ketika masih ada Ibu, rasanya ingin segera pulang dan cepat sampai saat di perjalanan. Aku selalu ingin segera merasakan tatapan teduh matanya dan hangat pelukannya. Aku ingin segera melihat bagaimana beliau sulit menjawab rengekan anak-anak.
Kini tak ada lagi dia, rasanya tak ada lagi yang menungguku, saat pulang seperti ini.
Tahun ini aku juga balik paling cepat dari biasanya, sebelumnya aku pasti baru balik jakarta seminggu setelah lebaran, kadang lebih, tidak tahun ini, aku praktis cuma tiga hari di rumah.
Terlalu melow memang, tapi biarlah..., karena aku begitu mencintaimu Ibu... semoga engkau tenang disana...