Kamis, 16 Juni 2011

Ketika Mas Facebook Tanya : "Apa Yang Anda Pikirkan?"

Sahabatku ini, gak SARA sungguh ini hanya sesuatu yang terlintas dipikiranku ketika aku bertemu tulisan "apa yang anda pikirkan?", simaklah kalo ada waktu ;


Belakangan saya sedang memikirkan sesuatu yang menjadi keyakinan saya selama ini. Saya meyakini ini benar, tetapi belakangan label keyakinan saya terusik di negeri ini. Pertama mulai dari aliran sempalan yang konon berbahaya. Aliran itu juga dilebelin sama dengan keyakinan saya. Terus, isu terorisme baik secara nasional maupun internasional jelas berlebel sama dengan keyakinan saya.


Kenapa saya terusik, Untuk yang pertama, kenapa membuat saya terusik karena munculnya aliran sempalan memungkinkan orang untuk “waspada/hati-hati” untuk belajar memperdalam keyakinan. Mereka takut terjebak masuk pada aliran sempalan tersebut, sampai pada akhirnya berhenti belajar dan memahami keyakinan itu sebatas yang ia tahu saja. Hal ini membuat kedangkalan atas keyakinan itu menimbulkan kesesatan baru atas keyakinan tersebut.


Kasus kedua yang membuat saya terusik adalah orang-orang yang diduga terlibat terorisme, sebagaimana kita saksikan di tv, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang dikenal baik oleh tetangganya, beberapa dari mereka lelaki berjenggot dan terlihat ahli ibadah, rajin mengaji dan aktif dalam mencari nafkah bukan terlihat seperti orang-orang malas, sebagian dari mereka beristri wanita-wanita berjilbab panjang bukan beristri perempuan-perempuan seksi, sebagian lagi adalah orang tua dari anak-anak yang sekolah di madrasah, sebagian lagi adalah pemuda-pemuda lulusan pesantren bukan pemuda abangan yang pemadat atau pengkonsumsi narkoba,, kok bisa???


Tak sebiji sawi ada dalam keyakinan saya membenarkan membunuh dan menyakiti sesama tanpa sebab yang halal menurut syari’at. Tak pernah secara niat maupun secara aksi saya mendukung orang-orang yang menebar terror, meledakkan bom, membunuh dan merampok atas nama agama. Sungguh agama yang saya yakini indah dan menjanjikan kedamaan bagi pemeluk maupun ummat lainnya.


Tetapi saya terusik, keyakinan saya tersudut di tengah masyarakat; orang memandang sebelah mata atas orang-orang yang rajin membuat “kerumunan” majlis zikir dan majelis ilmu. Saya terusik dan takut ketika kemudian orang mengatakan jubah, gamis, jilbab panjang dan jenggot adalah identitas teroris. Saya sangat terusik ketika banyak yang mengeneralisir bahwa pesantren itu tempat pendidikan calon pembom. Bahwa madrasah-madrasah itu mendidik anak-anak sejak awal agar membunuhi orang yang berbeda keyakinan.


Sekali lagi saya sedang memikirkan karena sungguh hati ini terusik, ada apa dengan sesuatu yang saya yakini ini. Banyak pertanyaan menguap dikepala saya, apa benar mereka yang melakukan terror ini. Motiv apa yang membuat mereka seperti itu, yang tega menyakiti sesamanya dengan menebar terror? Mengapa ia mempunyai label yang sama dengan keyakinan saya, Apa iya?. Sampai sebuah pertanyaan yang agak suudzon dan paranoid “jangan-jangan ada yang iri dengan keyakinan saya dan ingin menghancurkan keyakinan. Betapa keyakinan saya pernah mendunia dan menjadi mercusuar yang membebaskan ummat manusia dari kegelapan. Sampai disini saya segera beristighfar.


Tetapi saya tetap pada keyakinan, bahwa Alloh sebagai Tuhan yang saya yakini akan menjadi penolong terbaik atas keyakinan saya.