Rabu, 30 Januari 2019

Ngrungkebi Jejeging Adil Dan Netralitas


Menasihati Diri Salaku ASN


Sepenggal kalimat yang dinukil dari diskusi panjang antara Khrisna dan Arjuna sesaat sebelum perang besar mahabharata. Arjuna "tetanya" yang saat ia galau menghadapi perang batin, betapa tidak, perang mahabharata memaksa ia berhadapan dengan saudara-saudaranya, Kakek yang mengasuhnya dan guru terkasihnya. Dalam diskusi panjangnya akhirnya Khrisna meyakinkan  ; “Eling mring kawajibanira / sira aja nganti miris / Tumraping satriya tanana kang luwih mulya / kajaba ngrungkebi jejeging adil. --- ingat kewajibanmu, kamu jangan takut berperang, bagi seorang ksatria tidak ada yang lebih mulia kecuali menegakkan keadilan” (sumber : kidung kurusetra).

Hari-hari ini, di situasi tahun politik , sebagai ASN kita dihadapkan pada “godaan” yang menyulitkan kita, untuk “ngrungkebi jejeging adil” yaitu adil dalam netralitas. Netralitas bukan berarti ambigu, ragu-ragu atau tidak memihak, bukan pula “tinggal glanggang colong playu” menjadi apatis dan golput. ASN harus berdiri seperti Arjuna berdiri dalam perang “memihak” tetapi sesuai porsinya itulah jejeging adil, diam dalam kesungguhan, tetapi memenangkan perangnya.

Menegakkan keadilan dalam konteks ini sebagai seorang ASN selaku profesi harus menjaga netralitas tidak berpihak-memujamuji satu pihak, juga tidak membenci-mencacimaki pihak lainnya.  Namun demikian selaku pribadi warga negara, ASN boleh memilih di pihak mana dia condong, jangan golput, karena itu artinya "colong playu" meninggalkan gelanggang. Jika kita golput sebagai ASN, berarti kita tidak menegakkan keadilan, karena dengan golput kita telah membiarkan potensi terjadinya orang-orang durjana memenangkan peperangan dan akhirnya akan memimpin negeri ini.

Pada ujungnya, sesulit apapun pasti kita bisa melewatinya, adil untuk tidak mengumbar kebencian, adil untuk tidak taklid buta - memuja insan laksana Tuhan, adil pula tidak menampakkan kebencian dan adil untuk sadar atas kebenaran dengan menggunakan akal sehat dan kewarasan nurani.

Kelengan- pengawak waja, yang pekat bukan lambang kegelapan, tetapi menunjukan kesejatian dan keberanian agar “aja nganti miris” menegakkan keadilan. Karakteristik kelengan itu kuat, seperti ksatria yang menegakkan keadilan, peperangan harus dihadapi karena jika kita miris dan takut dalam menegakkan keadilan maka penjahat akan memenangkan perang. 

---------------
Keris Dapur Jalak
Pamor Pengawak Waja - kelengan
Tangguh Kamardikan-milenial
#netralitasasn #nguriuribudaya #kerisku