(saya tulis
suatu malam, insya Alloh dengan emosi yang benar-benar telah reda)
Usai sudah
rangkaian acara Pilkades Kese 2012, kemenangan symbol padi (Mardiyanto) atas
ketela (Fajar Hidayat) mengantarkan Kese pada era baru kepemimpinan. Harapan
saya sebagai warga (meski hanya warga musiman – setahun sekali) pemimpin Kese
kedepan mudah-mudahan amanah, mampu menjalankan roda kepemimpinan di kese
sehingga semakin makmur, aman lan penuh berkah.
Pilkades ini
sedikit banyak menyita porsi pemikiran dan energy saya sejak awal hingga akhir.
Sehingga usai pilkades ini saya ingin menuangkan tulisan ini untuk sebuah
refleksi yang mungkin dapat saya jadikan pelajaran hari ini atau kelak, oleh
saya sendiri atau anda yang sempat membacanya;
-----------------------
Kekalahan Fajar
dalam pilkades Kese, diakui atau tidak menunjukkan betapa uang masih menjadi
panglima. Masih banyak orang memilih karena diberikan sejumlah uang. Ironisnya
adalah, perubahan dukungan yang di akibatkan pemberian uang itu terjadi
beberapa jam bahkan menit sebelum pencoblosan. Banyak orang melupakan janji
sebelumnya untuk mendukung Fajar (yang memang tidak memberikan uang), luntur
begitu saja terlupakan demi lembaran uang tunai. Entah apa yang ada di kepala
orang-orang itu, hingga melupakan janjinya. Ikatan janji yang diberikan oleh warga ketika
fajar sowan satu persatu ke rumah untuk
meminta dukungan dilupakan, tergantikan oleh fulus.
Lebih ironis
lagi, beberapa warga yang pada menit-menit terkhir ditempel dengan uang untuk
mengubah dukungan, adalah mereka yang memiliki hubungan nasab (keturunan)
dengan calon terpilih (Mardiyanto). Sehingga selain uang tunai yang menggiurkan, pembenaran lainnya adalah
mereka memilih saudaranya sendiri sehingga jumbuh dengan hadits-hadits shoheh yang merujuk pada “membangun silaturrahim” dan ancaman
bagi orang-orang yang “qot’urrahim” (memutus silaturrahim). Saya hanya berasumsi bahwa si pembagi uang "menggunakan" pendakwah, entah kyai atau apa untuk menyebarkan hadits-hadits tersebut. Setidaknya mekanisme menyebar opini penggunaan hadits tersebut seiring sejalan dengan pembagian uang - bisa bersamaan bisa tidak.
Dengan demikian orang-orang yang kemudian berganti pilihan (dari ketela ke padi) merasa sangat benar, bahkan haqqul yakin apa yang dilakukan itu “diridhoi”
Alloh. Melupakan janji hanya demi “hadits” yang telah
ditempel dengan lembaran-lembaran merah uang rupiah bukan suatu kesalahan menurut mereka. Na’izubillah – (Yang ini berdeasar kesaksian).
Kalo saja hadits
ini konsisten dipakai dan diamalkan, ceritanya akan lain, tetapi karena sejarah
warga Kese (saya tidak akan menyebut kelompok mana) telah
beberapa kali mengingkari hadits ini, saya menjadi ragu, bahwa penghianatan
atas dukungan kepada Fajar tidak semata karena hadits ini tetapi ada hal lain yang sifatnya
instan belaka. Wallohu’alam.
Saya tidak
sedang menuduh bahwa uang-uang yang dibagikan adalah uang calon agar
memilihnya, tetapi bias jadi uang-uang itu adalah milik para penjudi yang
menginginkan jagoannya menang. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam setiap even
pilkades, pasar taruhan “toh-tohan” sangat besar jumlah maupun nominalnya.
Sekali lagi saya
tidak membidik calon terpilih tetapi saya mencermati pemilih, bahwa dukungan pada pilkades Kese 2012 masih
diwarnai dengan politik uang. Padahal orang Kese yang tukang ngaji pasti ingat bahwa memilih calon karena imbalan
uang dikategorikan sebagai risywah atau suap yang barang tentu haram
menurut agama.
Harga diri seseorang masih terbeli dengan dua ratus
atau tiga ratus ribu dalam pemilihan ini. Jasa baik, hubungan yang kenthel, janji
yang terucap dilupakan begitu saja demi uang yang telah dilegitimasi
dengan berbagai pembenaran bahkan dengan sabda Nabi sekalipun. Halal
haram tak lagi penting, dari mana dan dari siapa uang itu tak lagi
masalah, kepentingan instan yang lebih mengedepan. Lebel-lebel dalam
masyarakat, digadaikan dengan murah, wejangan-wejangan kyai, tak
berbekas.
Saya menyayangkan para pemilih yang dibutakan dengan
uang dan kepentingan sesaat. Ini salah siapa??? entahlah mungkin kita
semua, tapi setidaknya saya telah mengajak diri saya dan anda melalui
forum facebook, dan pertemuan lain untuk menciptakan pilkades Kese yang
bersih jauh sebelum pilkades ini digelar, masih ingat bukan?
Menilik
kebelakang sejarah majunya fajar dalam kancah Pilkades Kese, bagi saya dimulai
suatu ketika dia gtalk saya ( sekitar oktober 2011), dalam gtalknya dia
menyatakan bahwa ada beberapa orang menginginkan dirinya maju dalam pilkades. Saat
itu belum ada kepastian kapan adanya pilkades hanya kemungkinan akhir 2012,
bakal calo lain belum terlihat apalagi mengibarkan bendera. Rasanya memang
terlalu dini, tetapi untuk sebuah niat besar dan baik tak ada salahnya dimulai
dari awal.
Kala itu tekad
Fajar belum bulat, banyak hal yang dia belum yakin, sebagai missal dia menyebut
dirinya “jago crondol” (miskin). Ada keraguan terkait permasalahan logistic dan
keuangan jika dia harus maju nyalon dalam pilkades.
Namun satu hal
yang menarik, dalam obrolan siang itu, bahwa orang yang mendukung dia maju
menyemangati dia untuk maju dalam pilkades dengan meninggalkan cara lama yang
menghambur-hamburkan uang. “Siapkan saja biaya pendaftaran, gak usah bagi-bagi
uang kamu maju jadi calon kades, pasti banyak yang dukung”, begitu dia
disemangati oleh tokoh itu. Sampe pada kesimpulan bahwa saya bertekad “siapapun
lawanmu, aku akan ngrungkebi darmaku untuk membelamu dengan syarat, seperti
yang diatas, “tanpa politik uang” itu penutup obrolan saya dengan Fajar.
Dari situ saya
memberikan masukan-masukan agar Fajar
terus menyusun strategi, beberapa tokoh saya minta agar disowani langsung oleh
Fajar dengan intens. Keluarga intinyapun belum tahu semuanya, tetapi satu
persatu diyakinkan untuk hajat besar ini. Bolak-balik Jakarta-Kese dia lakukan
untuk koordinasi dengan orang-orang yang dia anggap mempunyai pengaruh. Disisi
lain dia merangkul anak-anak muda untuk mendukungnya, hasilnya luar biasa,
tidak saja anak-anak muda Kese yang berdomisili di Kese yang rela membelanya
sampe titik darah penghabisan, bahkan anak-anak perantauan ikhlas mendukungnya.
Terbukti sekitar
20an orang pemuda-pemudi kese perantauan pulang kampong mendukungnya, tanpa
embel-embel disangoni atau diamplopi, untuk ini saya sangat terharu. Banyak diantara mereka yang pulang kampong
harus rela berganti sift, kehilangan uang lembur, bahkan dipotong uang makannya
demi ijin untuk bias menunaikan hak pilihnya dikampung mendukung Fajar. Hujan
deras tak menghalangi mereka untuk berkumpul, berangkat dengan kendaraan yang
seadanya mereka pulang penuh kebersamaan. Suatu malam saya menatap mereka satu
persatu, dan saya memperoleh energy yang luar biasa, bahwa mereka pulang
atasnama kebersamaan ikhlas mendukung Fajar, meskipun beberapa diantara mereka
harus berbeda pilihan dengan sanak keluarganya.
Di lain pihak, saya
bangga, tokoh yang mendukung Fajar bukan saja tokoh-tokoh konservatif yang
kolot, tetapi juga tokoh-tokoh yang well educated, yang tercerahkan
pemikirannya, sehingga saya merasa benar mendukung calon ini. Tokoh-tokoh yang
mendukungnya sebenarnya tokoh yang “laku” dijual atas nama kebenaran dan
tauladan sedikit cacat di masyarakat dan
punya rekam jejak pengabdian panjang kepada warga Kese.
Pun kemudian
kalah, orang-orang ini sangat lilo legowo, tidak emosional, tidak dendam, dalam
tangis kalahnya dia membangun kepercayaan dan saling menguatkan, kepada
siapapun yang menangisi kekakalahan ini bahwa, “semua ikhtiar baik, telah
dilakukan tetapi Alloh memilih lain, jangan berkecil hati jagat iki isih ombo, Alloh pasti punya tempat untuk kita yang kalah
disini”.
------------------------
Buat anda
tulisan ini mungkin karena saya dalam posisi mendukung yang kalah, sehingga
terkesan hanya menghibur diri “padune kalah”, boleh saja begitu. Tetapi buat
saya, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa demi uang apa saja bisa dilakukan
dan dengan uang bisa melakukan apa saja. Satu hal yang tidak terbeli oleh uang
adalah kebahagiaan, karena kebahagiaan tempatnya ada di hati yang ikhlas, dan
hati yang ikhlas adalah bersemayam sekaligus mata air kebenaran, dan ingat,
setiap kebenaran datangnya hanya dari Alloh.
Selamat untuk anda yang memilih, dengan elegan, tanpa harus menggadaikan harga diri anda, meski mungkin "jagoan" anda kalah, anda masih bisa berjalan dengan muka tegak baik di bumi dan Insya Alloh di akhirat nanti (jika anda percaya).
Untuk anda yang telah berusaha menciptakan pilkades Kese yang bersih, terima kasih saya sampaikan,,, Tuhan mboten sare, pasti akan membalas setiap kebaikan anda... semoga.
------------------------
Setelah ini
harapannya adalah, saya dan temen temen semua berkenan nyengkuyung bareng,
mbangun deso, kanti niat kang becik. Hilangkan semua dendam, hindari fitnah
yang merusak silaturrahmi, lupakan persaingan meski sebuah pengkhianatan kadang terasa sangat
menyakitkan.
Sekarang, kepentingan
bersama jauh lebih penting daripada ego masing-masing pribadi, Semoga Alloh
memberikan kelapangan hati bagi kita yang merasa “kalah” untuk bias legowo dan
semoga Alloh menuntun mata hati mereka
yang merasa “menang” sehingga tidak jumowo tersungkur dalam kesombongan
– Wallohu’alam