Selasa, 15 Desember 2009

Mari Mendengar

Tuhan menciptakan manusia dengan melengkapinya 2 daun dan lubang telinga. Tentunya dengan dukungan hardware dan software yang super canggih karena pembuatnya adalah yang Maha Canggih. Keberadaan dua daun telinga di kiri dan kanan sepasang dan simetris menambah tampilan indah secara estetika. Meskipun Tuhan kadang menciptakan yang dikecualikan, tetapi tetap indah dan cantik.subhanalloh.

Kuping, demikian orang jawa manamai alat untuk mendengar ini. Kuping itu kaku njepiping. Kalo nggak kaku dan njepiping jangan-jangan bukan telinga manusia, bisa jadi telinga domba. Masyarakat jawa tertentu mempercayai bahwa untuk mendeteksi seorang yang sakit masih ada nyawa atau tidak dengan menekuk kuping si sakit kedalam, jika segera kembali ke posisi semula, berarti masih bernyawa, tetapi jika kuping lemes atau layu maka siapkanlah keluarga untuk tabah dan tawakal. Sampai tulisan ini saya pastikan anda menekuk kuping anda, padahal saya yakin secara medis maupun secara agamis kepercayaan ini sulit dijelaskan.

Kembali pada fungsi kuping atau telinga kita untuk mendengar. Kita sering susah mendengar, meski dua telinga kita berfungsi normal. Mungkin karena suasana bising, suara yang kurang jelas, intonasi kurang tegas atau gangguan kesehatan yang menurunkan daya dengar telinga kita.

Tetapi dari alasan yang paling berbahaya adalah ketika, telinga kita tidak mendengar karena saraf kita secara sadar memerintahkan perangkat kuping kita untuk tidak mendengar. Bungen Tuwo, Mlebu tengen metu kiwo (masuk kanan keluar kiri). Barangkali itu yang menginspirasi bimbo membuat dan menyanyikan lagu BERMATA TAPI TAK MELIHAT, BERTELINGA TAPI TAK MENDENGAR..."

Al Quran sebagai literatur tertinggi muslim menyuruh untuk "Kami dengar dan kami taat" (qs:2:285) khususnya untuk perintah tauhid dan kebajikan. Karenanya Tuhan membuat telinga kita lebih banyak daripada mulut kita, 2:1. agar kita lebih banyak mendengar kebaikan dan kebajikan tetapi sedikit memberi komentar.

Mendengarkan dengan baik banyak mendatangkan manfaat. Tambah ilmu, jelas, dihormati lawan bicara, juga pereda kemarahan. Untuk yang terakhir anda bisa praktekkan dengan pasangan anda, bos anda, atau siapa saja yang sedang marah. Ketika dia sedang marah dan ngomel sejadi-jadinya maka sebaiknya anda menjadi pendengar yang baik, jangan kasih komentar, bantah palagi berdebat. Anda cukup mendengarkan. Paling lama orang ngomel 30 menit akan capek dengan sendirinya sedangkan anda yang mendengarkan tentu belum pegel (kecuali anda dimarahi didepan umum). Pun ketika anda, sedang mendengarkan cerita anak kecil, meskipun anda tahu akhir cerita anak itu tetaplah anda mendengarkan dengan baik. Pasti ia akan senang, satu lagi manfaat mendengarkan. Membuat orang lain senang. Bukankah ibadah dapat dilakukan dengan membuat orang lain bahagia?

Kita sebagai pemimpin, mungkin pemimpin atas diri kita, pemimpin atas keluarga kita, pemimpin di tempat kerja, pemimpin lingkungan, pemimpin suatu masyarakat, pemimpin bangsa juga dituntut banyak mendengar. Menjadi pendengar yang baik, pendengar yang sami’na waatha’na agar kita menjadi pemimpin yang amanah, agar ringan pertanggungjawaban ketika kelak di padang mahsyar.

Mari kita mulai menjadi pendengar yang baik, agar banyak ilmu yang terserap, agar orang lain senang, dan agar kemarahan akan reda. Kita manfaatkan kuping kita yang elok, lebih dari sekedar hiasan atau imitasi. Bismillah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar