Jumat, 19 Juni 2009

inspirasi dari sang mantri guru


Sebagai kepala sekolah dasar negeri, beliau adalah sosok yang sangat dihormati. Beliau punya kedudukan yang tinggi dalam strata sosial masyarakat di desaku. Ini terlihat saat acara "palenggahan" hajatan, beliau pasti duduk dalam deretan bangku paling depan, sejajar dengan para kyai, dan sesepuh desa lainnya. Orang-orang tua di desaku menyebutnya sebagai "Mas Mantri Guru" atau "Pak Mantri Guru". Sebuah derajat priyayi yang bukan main-main waktu itu.
Meskipun berkedudukan tinggi dalam strata sosial di kampungku beliau tetap bergaul dengan masyarakat secara baik. Pribadi yang teramat santun, sederhana dan tawadhu sekali. Mungkin ini yang disebut low profil, tapi saya lebih senang menyebutnya sebagai manusia berakhlak baik.
Untuk hal ini, setiap guru ngaji saya mendeskripsikan tentang pelajaran akhlak selalu dalam bayangku sosok pribadi beliau yang muncul.
Layaknya warga kampung lainnya beliau juga berprofesi sebagai petani, disamping menjadi guru bahkan kepala sekolah. Pagi hari ba'da sholat subuh beliau menyempatkan untuk kesawah sekedar melihat kesuburan tanaman, kecukupan air atau mungkin sejauh mana hama atau gulma menyerang sawahnya. Menjelang jam setengah tujuh beliau telah siap untuk kesekolah, dan sesampai di sekolahan beliau termasuk orang pertama masuk.

Sebagai pemimpin di lingkungan sekolah, beliau adalah orang yang disiplin, tegas dan pekerja keras. Bawahannya, para guru, tukang kebon dan para murid sangat menaruh hormat kepadanya. Semuanya mengikuti perintah, ajakan dan anjuran dengan sukarela dan penuh tanggung jawab, tanpa merasa terpaksa. Tak mustahil jika kepemimpinannya diikuti dan diteladani.

Sebagai guru beliau adalah sosok yang patut "digugu dan ditiru". Tidak saja dilingkungan sekolah, tetapi di luar lingkungan sekolah. Sebagai kepala guru kemampuan intelektualnya tentu lebih dari memadahi, sehingga apa yang diajarkan akan selalu digugu. Disisi yang lain kemampuan spiritualnya yang luar biasa sangat patut untuk ditiru.

Beliau juga seorang ayah yang mengagumkan bagi putra-putrinya. Beliau ayah yang berhasil mengantarkan putra-putrinya merengkuh masa depan. 
Seingatku dulu, beliau senang mencari ikan. Putri bungsunya yang kala itu masih kecil ikut menemani. Berbaur dengan warga lainnya mencari ikan di kali, tak terlihat perbedaan status sosial antara mantri guru dan warga biasa, pemandangan yang antik bukan? Kendaraan andalan beliau adalah sepeda onthel, aku yakin bukan karena ketidak mampuan beliau untuk membeli kendaraan yang lebih modern.
Rumahnya yang asri tipikal rumah jawa tropis terdiri bangunan depan sebagai pendopo dan bangunan belakang. Halaman yang luas, di depan, kiri dan kanan ditumbuhi berbagai bunga dan tanaman-tanaman buah yang rindang. Di sudut samping rumahnya terlihat kolam ikan ukuran 2 x 10 meter terisi lele yang sehat-sehat. Beraneka unggas berlalu-lalang dibelakang rumah tanpa kesan kumuh apalagi bau. Ayam-ayam yang sehat bersahutan "kluruk", yang konon menandakan suasana hati pemiliknya. Perkutut yang "manggung" menambah kesan rumah yang ramah, anggun, asri tetapi tetap berwibawa.
Semuanya aku rekam dalam ingatanku dan alam bawah sadarku sejak kecil, hingga sampai hari ini beliau menjadi salah satu makhluk di bumi ini yang menjadi inspirasiku ; dalam cita-cita, sudut pandang, hidup, keluarga, bahkan konsep rumahku saat ini.
Maaf atas kesalahan tindakan kami dan kata-kata yang kurang sopan.
Semoga Alloh memuliakan hidupnya dan mengampuni dosanya,
Ya allah ampuni dosa guru-guru kami, amin.

1 komentar:

  1. Isinya dah bagus tapi menurutku kalo judulnya lebih meruncing ke sosok pak mantri atau kaitan antara pak mantri sama hidupmu sekarang mungkin akan lebih menarik karna judul "inspirasi" menurutku terlalu luas. Soalnya pasti akan banyak hal lain yang akan kamu jadikan inspirasi dan ingin di share dengan pembaca. Maaf.

    BalasHapus